Alhamdulillah, beban ini sudah semakin memuncak. Semakin memberat di pundak. Dan biasanya, ini alamat akan datang rasa puas, karena satu pekerjaan lagi akan selesai—dan pundakku semakin kuat,sekaligus akan terasa lebih ringan. Dan saya ingin berbagi tentang perasaan bahagia ini.
Selalu saja kita ingin menghindar dari suatu tanggung jawab yang akan membuat kita bekerja lebih keras, sementara dengan begitu pula kita menghindari sebuah karunia yang lebih besar lagi di belakangnya. Bekerja adalah sebuah upaya menyelesaikan masalah, dan masalah adalah hal yang tak terhindarkan dalam hidup. Yang semestinya menjadi pikiran dalam benak kita saat diberi tanggung jawab yang berarti juga pekerjaan, adalah bagaimana menyusun langkah dalam bergerak. Tanpa ini, kita akan bingung dan menjadikan pekerjaan sebagai beban, atau katakanlah alasan untuk surut ke belakang.
Adalah ombak yang mengejar kita untuk kita songsong dengan satu pikiran, pastilah ada celah untuk tak hanyut dalam kekuatan mahahebat yang akan menggiring kita ke ranah tak bertuan yang tak kita kenali. Atau, katakanlah kita hanyut dan tenggelam, cobalah untuk menggerakkan kaki dan membentangkan harapan akan sebuah tempatan yang akan kita tinggali dengan penuh rasa nyaman; rasa nyaman yang akan menulari apa dan siapa saja yang tersentuh oleh kebahagiaan kita.
Saya mengerti betul, bahwa tak mudah mengajak orang lain mengerti dan memahami apa yang kita pikirkan. Rasa sakit selalu berakibat bermacam-macam bagi setiap orang. Kadang ia menimbulkan trauma atau sebentuk pertahanan diri yang eksklusif. Tapi, bahwa rasa sakit selalu membuat kita lebih kuat kemudian adalah pandangan umum orang-orang yang melampauinya dengan usaha. Dan tentu saja ada semacam alasan untuk menghindari rasa sakit, tapi saya percaya itu hanya ketidakmengertian kita atas apa yang kita hadapi dalam satu masalah. Kita tak merencanakan dengan baik apa yang akan kita lakukan, dan menurut teman saya perencanaan yang gagal samadengan merencanakan kegagalan. Atas hal yang demikian saya ingin memercayainya sebagai bentuk pengelakan atas tanggungjawab pada mulanya: bertanggungjawab artinya berani memikirkan sebuah rencana yang imun atas segala prasangka ketidakberdayaan.
Kita adalah manusia yang sama, seperti juga manusia terdahulu melampaui kegagalannya—masalahnya. Dan kita telah beranjak dari peradaban rendah kepada peradaban, yang kita yakini saat ini, lebih tinggi dari ratusan, bahkan ribuan tahun yang berlalu. Kita menjadi diri kita yang sekarang karena sikap-sikap dan usaha kita melampaui setiap masalah yang datang sebelumnya. Segalanya telah selesai, dan meskipun nanti hidup kita akan selesai dan digantikan ombak yang lebih besar kemudian, kita akan telah puas dengan segala usaha yang kita lakukan.
Yang paling berat adalah menarik napas dengan lega di saat sakit menyelimuti tubuh atau perasaan kita. Dan kita benar-benar ingin menahannya saja, padahal kita tahu menahan napas imbasnya bisa saja kematian. Tapi tetaplah bernapas dengan lega. Tetaplah percaya kita bisa menarik segala sumber energi yang akan menopang kita, di saat terberat sekalipun. Percayalah bahwa selalu ada sumber-sumber yang tersedia, yang tak kita mengerti bagaimana persediaannya, yang terus saja datang saat kita berharap dan berusaha. Dan percayalah, meski kematianpun datang karena ketidakberdayaan kita, ada hidup yang lebih panjang di belakang hidup kita; sebuah kebahagiaan yang jika saja kita bisa kembali dari kematian akan memuaskan kita.
Orang-orang bijak dahulu meyakini, ada kehidupan setelah kematian. Ada perjalanan setelah sebuah jalan berakhir di hadapan mereka. Dan akan ada perhitungan atas kebaikan dan keburukan usaha mereka dalam kehidupan sebelumnya. Sayapun, jika dapat, ingin menjadi pewaris kebijakan tersebut dan bahagia atas segala yang saya upayakan.
Ombak sungai barito tidaklah sekuat ombak sungai Tiang-kang, tapi ulak di lubuk-lubuk terjauhnya saya percayai dapat menguatkan kaki dan pundak, atau setidaknya memuaskan keinginan bertarung dengan kehidupan.
Banjarmasin, 2 Desember 2009
beban terbawa atas kesanggupan, yang tertinggal tidaklah beban.
Ya ya, betul. Bila pekerjaan selesai, kita akan puas.
*mencoba memutar otak untuk memahami tulisan yang bahasanya sangat tinggi ini*
Assalaamu’alaikum
Hmm.. serasa saya amat benar apa yang diutarakan oleh Soulharmony… walau saya sukar memahami sebahagian dari bahasa indah yang ditulis dengan begitu asyik sekali, saya memahami bahawa banyak hal yang perlu kita ulit dalam hidup agar segala yang dipikul oleh pundak kita dengan segala macam beban akan menjadi ringan dan melegakan.
Bagaimana mahu melepaskan beban itulah yang menjadi persoalan kita. Maka, dengan bekerja keras dan berusaa mengikut waktu yang ditetapkan menjadi sebahagian dari jalan penyelesaiannya. Jangan tangguh.. lebih tepat lagi.
Saya kagum dengan rona kata bahasa yang dihidangkan.. cukup indah bagi saya yang sukakan bicara kata seperti ini.. harus baca banyak kali lagi di lain masa untuk menyelami pengertiannya. Apa bebannya sudah selesai setelah meluahkannya di sini.. ? he..he..he..
Salam mesra dari Malaysia.
Assalaamu’alaikum
Sahabat dirai dan dijemput ke Laman Menulis Gaya Sendiri untuk menerima AWARD PERSAHABATAN – YOU’RE A GREAT BLOGGER sempena ULANG TAHUN PERTAMA laman saya. Salam mesra dari Port Dickson, Negeri Sembilan, Malaysia.
SITI FATIMAH AHMAD
beban yang terbawa, yang tertinggal sudah bukan beban
sangt menyukaipostinganmu ini kawan
salam hangat selalu
Tetaplah kerja keras,kalau setelah itu kita akan mendapatkan hasilnya,rasanya akan terasa membanggakan…
Semangat!! (^_~)
Mas Hajriansyah,
Hidup setelah mati membuat kita meningkatkan semangat bahwa hidup di dunia dengan beban yang ada mengandung hikmah bahwa penyelesaian atas masalah / beban seyogyanya diselesaikan dengan sebaik mungkin.
Saya setuju dengan pendapat Mas bahwa selain keyakinan dari orang-orang bijak dahulu, bahwa ada hidup setelah mati, diperkuat juga dengan ajaran agama yang mengajarkan bahwa alam setelah hidup merupakan alam akhirat, yang oleh Tuhan diganjar Surga / Neraka.
So.. dengan hidup dan beban yang berat sekalipun, mari kita selesaikan beban hidup ini sebaik mungkin agar mendapat ganjaran Surga nantinya.
Assalaamu’alaikum
SAHABAT
Walau…
Langkah tak bertemu
Tangan tak berjabat (perempuan sahaja ya)
Ucapan tak terdengar
Izinkan hati ini memohon maaf
Atas segala…..
Sikap dan lisan yang tak terjaga
Janji yang terkota
Hati yang kerap berprasangka (insya Allah tiada)
Sepanjang setahun perkenalan kita
Selama persahabatan kita terjalin di dunia maya
Terima kasih atas kasih sayang dalam ukhuwwah yang dicerna
Semoga kita selalu di dalam perlindungan-Nya
SELAMAT MENYAMBUT MA’AL HIJRAH 1431
Salam Awal Muharam dan salam manis dari saya di Bangi, Selangor, MALAYSIA.
SITI FATIMAH AHMAD
Assalaamu’alaikum
SELAMAT HARI IBU ini ku tujukan buat:
1. SAHABATKU ….SEORANG IBU
2. IBU KALIAN
3. ISTERI KALIAN
SAHABAT,
MENGERTILAH BAHAWA…..
Hati IBU bagaikan jurang yang didasarnya selalu ada maaf
Di sisi IBU adalah tempat yang paling aman
Cinta IBU tidak pernah lapuk
Cinta IBU adalah yang laing baik daripada segalanya.
# KEPADA SAHABAT DAN PEMBACA YANG BERADA DI LAMAN SAHABATKU INI… Semua anda dijemput ke LAMAN MENULIS GAYA SENDIRI untuk menerima HADIAH AWARD –AWARD ISTIMEWA dari saya sempena menyambut SELAMAT HARI IBU di Indonesia.
Dengan segala hormatnya saya mempersilakan anda sekelian menerimanya sebagai tanda ketulusan hati SEORANG SAHABAT yang mencintai kalian.
Selamat Tahu Baru Hijriyyah 1431 dan Selamat Tahun Baru 2010
Salam mesra dari BANGI, MALAYSIA.
-SITI FATIMAH AHMAD –
22 Disember 2009/RABU