Kau datang
Tapi kau datang saja
Sementara waktu berlalu lama
Ada yang terkikis bersama senja
Tapi kau datang juga
Membawa batu merah bara
Aku tersudut di ujung pintu
Sementara hari berlalu, berlalu
Lalu kau datang juga
Aku tak mampu menyambutmu
Dengan senyum seperti dulu
Lalu tubuh pun belah
Batu memecah-mecah
Di sudut pintu
Waktu hanya sendu
ADAKAH KITA BENAR-BENAR ADA
Adakah kita benar-benar ada.
Tanyalah langit, kata kawanku.
Ia seorang yang pemalu, tapi kupikir ia
Segalanya tahu dan aku tak pernah menafikannya.
Kawan, katanya, lihatlah langit
Lalu jika kau sanggup pandanglah sungai
Di depan mata kita, baru kau bertanya
Adakah kita benar-benar ada.
Lalu kupangdang langit kupandang sungai
Dan kulihat diriku di sana
Larut dalam arus mahamengalir
Terjebak air dibawa menuju muara
: ah, ternyata aku tak pernah benar-benar ada!
; lalu siapa kita, kataku setengah memaksa.
Sajak Terakhir Malam Ini
Inilah sajak terakhir malam ini
Semoga ia menghapus lalu-lalang imaji
Menidurkan asa dan memberi tidur tak bermimpi
Menutup semua janji
Menghibur hati
Meniadakan iri
Cukuplah.
Cukuplah!