Cerpen-cerpen Hajriansyah (Banjarmasin,10 Oktober 1979) masih menyisakan aroma tanah, percakapan yang intim, keakraban alam dan kebersahajaan kampung halaman—sekalipun semua itu lebih banyak muncul dalam kenangan. Sebaliknya, di beberapa cerpennya yang lain, Hajriansyah mencoba membuat jarak dengan segala sumber harmoni itu; dan ia berhasil mengaduk-aduk suasana lewat percakapan batin (soliloqui) yang berbau filosofis, pergulatan eksistensial serta kegelisahan personal tokoh-tokohnya. Antara kearifan kolektif dan pencarian personal, di sanalah kiranya Hajriansyah menemukan momentum kreatifnya.
Di tangan Hajriansyah, lokalitas dan modernitas saling melintas, meski ujung-ujungnya kemajuan yang diharapkan malah menggilas. (lebih…)