Saat menjejakkan kaki di Dermaga Taman Sari, di bawah Jembatan Sudimampir, Banjarmasin pagi ini saya telah merasakan gerung mesin diesel kapal yang akan membawa kami memuarai Sungai Barito dan ke anak sungainya menuju Tamban. Ini bukanlah perjalanan pertama saya ke Tamban, tapi jelas inilah perjalanan saya kepadanya yang pertama dengan menyisiri sungai.
Seingat saya ini adalah pengalaman ketiga ke Tamban, dan setiap kalinya berbeda rute perjalanan. Yang pertama, bersama seorang teman, saya memulainya dengan sepeda motor lewat dermaga di Alalak; menyeberangi Sungai Barito sekira seperempatjaman lebih dan berlabuh di dermaga Soebarjo. Dari sana meneruskan perjalanan lewat darat melewati jalan kecil yang tak sepenuhnya mulus sekira satu jam-an. Yang kedua adalah sepenuhnya lewat jalan darat, dari Handil Bakti, Jembatan Barito, Anjir, menyeberangi jembatan besar lagi, lalu jalanan berbatu (kala itu), berbelok dan penuh lubang, melewati beberapa jembatan kecil dan besar, jalanan kampung yang sempit dan berdebu, hingga sampailah di Pal 7, Sidorejo, di tempat seorang seorang penyair sufi yang tenar dengan sebutan Janggut Naga. (lebih…)